Selasa, 23 April 2013

Kesehatan Mental - Tugas 2 (Tulisan 3)

Coping Stress 
  •  Pengertian dan Jenis-jenis Coping Stress
-  Pengertian Coping Stress
Individu dari semua umur mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidaknyaman, seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stres. Hal-hal yang dilakukan bagian dari  coping (dalam Jusung, 2006).
Menurut Colman (2001) coping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengatur  perbedaan yang diterima antara  demands dan  resources yang dinilai dalam suatu keadaan yang stressful.
Lazarus & Folkman (1986) mendefenisikan coping sebagai segala usaha untuk mengurangi  stres, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang.
Sarafino (2006) menambahkan bahwa  coping adalah proses dimanaindividu melakukan usahauntuk mengatur (management) situasi yangdipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha (demands) dan kemampuan(resources) yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres.    
Menurut Sarafino (2006) usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan lingkungan, secara perilaku dan kognitif.
-  Jenis- jenis Coping Stress
     Lazarus & Folkman (1986) mengidentifikasikan berbagai jenis strategi coping,
baik secara problem-focused maupun emotion-focused, antara lain:
1.  Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan
menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
2.  Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi,
mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
3.  Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber
dukungan informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
4.  Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam
masalah
5.  Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian
lebih kepada hal yang dapat menciptakan suatu pandangan positif.
6.  Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau
menghindari.
7.  Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan
diri sendiri.
8.  Positive reappraisal  yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.

Sumber : www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/.../Chapter%20II.pdf 
  • Jenis- jenis Coping yang Konstruktif atau Positif (Sehat)
Harber & Runyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang
dianggap konstruktif, yaitu:
1.      Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagi informasi yang relevan berkaitan dengan soal yang dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih alternatif yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
2.      Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk melakukan koping  jenis objektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu memilah dan membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3.      Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataanya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi semakin kabur dan tidak terarah.
4.      Humor 
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor. Humor memungkinkan individu  yang bersangkutan untuk memandang persoalan dari sudut manusiawinya, sehingga persoalan diartikan secara baru, yaitu sebagai persoalan yang biasa, wajar dan dialami oleh orang lain juga.
5.      Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif. Koping supresi juga mengandaikan individu memiliki kemampuan untuk mengelola emosi sehingga pada saat tekanan muncul, pikiran sadarnya tetap bisa melakukan kontrol secara baik. Berhitung sampai sepuluh ketika mulai merasakan emosi marah, sehingga kepala menjadi dingin kembali sehingga mampu memikirkan alternatif tindakan yang lebih baik, merupakan contoh supresi.
6.      Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh  karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut. Kemampuan melakukan toleransi mengandaikan individu sudah memiliki perspektif hidup yang matang, luas dan memiliki rasa aman yang cukup.
7.      Empati 
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain. Kemampuan empati ini memungkinkan individu mampu memperluas dirinya dan menghayati perspekt if pengalaman orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi semakin kaya dalam kehidupan batinnya.

APA (1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan
sejumlah koping yang sehat yang merupakan bentuk penyesuaian diri
yang paling tinggi dan paling baik (high adaptive level) dibandingkan
dengan jenis koping lainnya. Selain supresi, sublimasi, dan humor
seperti yang telah disebutkan di muka, jenis koping yang sehat lainnya
adalah:
1.      Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2.      Afiliasi 
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi
konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan. Koping afiliasi ini meliputi kemampuan untuk dapat membagikan masalah yang dihadapi dengan orang lain sehingga secara tidak langsung membuat orang lain turut merasa bertanggung jawab terhadap persoalan/konflik/stres yang dihadapi.
3.      Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain. Altruisme berbeda dengan tindakan pengorbanan diri yang menjadi ciri-ciri mekanisme bela ego reaksi formasi, dimana individu mengalami kepuasan bila dia mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang lain, atau dilakukan untuk orang lain. Pada berbagai kepercayaan/agama, altruisme mendapatkan nilai yang tinggi sebagai perwujudan kedewasaan spiritual manusia.
Berkorban, memberikan diri bagi sesama menjadi nilai universal yang sangat duhargai oleh  manusia. Manusia-manusia yang mampu membuktikan tindakan altruism, mereka dianggap sebagai pahlawan kemanusiaan. Gandhi, Suster Theresa, Martin Luther King, dan berbagai tokoh lain bisa menjadi personifikasi dari tindakan altruisme ini.
4.      Penegasan diri (self assertion)
 Individu berhadapan dengan konflik  emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain. Menjadi asertif tidak sama dengan tindakan agresi. Asertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikirkan oleh individu yang bersangkutan, namun dengan menghormati pemikiran dan perasaan orang lain. Dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar manusia.
5.      Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memiliki kemampuan untuk melakukan transendensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognit if dan latihan-latihan melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam keterampilan untuk melakukan pengamatan diri ini (Siswanto, 2007).

Kesehatan Mental - Tugas 2 (Tulisan 2)

 
Pengertian Stress
o   Arti Penting Stres
Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah deskripsi Cannon tentang responfight-or-flight pada tahun 1932. Cannon berpendapat bahwa ketika organism merasaka adanya suatu ancaman, maka secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf simpatetik dan endokrin. Respon biologis ini mendorong organism untuk menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983 ; Taylor, 1991).
Dan ada pula sumbangan penting dalam bidang stress adalah apa yang dilakukan oleh Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation Syndrome (GAS) (Bieliauskas,1982 ; Leventhal, 1983 ; Helman, 1990 ; Taylor, 1991, dll). Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetil. Tanpa memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis yang sama.
o   Efek-efek Stress menurut Hans Seyle
Hans Selye ( 1946 , 1976 ) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stres yaitu : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Stres (GAS)
Local Adaptation Stres.
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita ketemui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan di bawah ini :
a.     Respon inflamasi
 Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini  memusatkan diri hanya   
 pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
 penyembuhan dapat berlangsung cepat.
b.    Respon refleks nyeri
       Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih    
       lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

General Adaptation Syndrome (GAS)
GAS merupakan respon fisologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku tes GAS sering dinamakan dengan sistem neuroendokrin.
o   Factor –factor Individual dan Social yang menjadi Penyebab Stress
·        Faktor sosial.
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.Dukungan sosial mencakup:  Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi; dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
·        Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).

o   Tipe-tipe Stress
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
§  Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu
§  Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.Frustasi ada yang bersifat intrinsic seperti cacat badan dan kegagalan usaha. Ada pula yang bersifat enstrinsik misalnya kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran dan lain-lain.
§  Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
§  Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.

o   Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress
Strategi Koping yang spontan mengatasi Stress
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedbackn adalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres. Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang. Namun dari semua strategi yang ada, mengubah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.






Kesehatan Mental - Tugas 2 (Tulisan 1)

     TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
*  ALLPORT
Ciri-ciri Kepdibadian yang matang :
1.      Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar diri seperti pekrjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung penuh. Allport menamakan hal ini “Partisipasi Otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri ; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan anda, atau karena mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa lega, maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda daripada pendapatan yang diperoleh, aktivitas itu memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran dan keanggotaan kita dalam politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas tyang penuh arti ini dan aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan diri.
2.      Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain :
1.      Kapasitas untuk Keintiman
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Yang dihasilkan oleh kapasitas keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik.  Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identiras diri yang berkembang dengan baik. Ada perbedaan antara hubungan cinta orang neurotis dengan orang yang kepribadiannya sehat. Orang-orang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya, apabila mereka member cinta maka cinta itu pun diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang tidak bersifat timbale balik. Cinta dari orang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
2.      Kapasitas untuk Perasaan Terharu
Suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan dan kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memliki kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3.      Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat meliputi beberapa kualitas, kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari diri mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut. Misalnya orang-orang yang matang dapat menerima dorongan seks mereka tanpa menjadi terlalu sopan atau tertekan seperti yang dapat terjadi pada orang-orang neurotis.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia, mereka bukan tawanan dari emosi-emosi mereka dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian orang yang sehat dapat mengontrol emosi mereka sehingga emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan-hambatan dari kemauan-kemauan dan keinginan. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran ini mereka tidak menyerahkan diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.
Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tidak aman dan ketakutan,tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut dengan lebih baik daripada orang-orang yang neurotis.
4.      Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5.      Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan dan bakat tertentu, tetapi tidaklah cukup hanya memliki hal tersebut, kita harus menggunakan keterampilan secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita. Komitmen dari orang-orang yang sehat ini begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan ketika mereka terbenam dalam pekerjaan. Dedikasi terhadap pekerjaan ini ada hubungannya dengan gagasan tentang tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Allport mengutip apa yang dikatakan oleh ahli bedah yang terkenal Harvey Cushing, “Satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas”. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positive tanpa melakukan pekerjaan yang  penting dan dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
6.      Pemahaman Diri
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Orang itu akan menjadi hakim yang seksama terhadap orang-orang lain dan biasanya mereka diterima dengan lebih baik oleh orang lain.
7.      Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka dan ini member kontinuitas bagi kepribadian mereka. Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness).  Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Bagi Allport mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan.
Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan bahwa adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati  ikut juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang matang  adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nila-nilai agama atau nilai-nilai etis.
Sumber       : Schultz,Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat.Yogyakarta:Kanisius

*  CARL ROGERS
Perkembangan Kepribadian
Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak semasa kecil. Pada waktu diri mulai berkembang, anak juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regard). Positive Regard sadalah suatu kebutuhan yang memaksa dimiliki semua manusia setiap anak terdorong untuk mencari positive regard.
Hal yang pertama dikemukakan Rogers mengenai kepribadian ya g sehat, yakni kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arah bukan tujuan”.
Rogers memberikan 5 sifat orang yang berfungsi sepenuhnya :
1.      Keterbukaan Pada Pengalaman
   Seseorang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk
   mengalami semua perasaan dan sikap
2.      Kehidupan Eksistensial
   Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah yang hidup sepenuhnya dalam 
   setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru 
   seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama.
3.      Kepercayaan Terhadap Organisme
   Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan pedoman 
   yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat 
   diandalkan daripada factor-faktor rasional atau intelektual.
4.      Perasaan Bebas
   Rogers percaya semakin seseorang sehat secara psikologis semakin juga ia
   mengalami kebebasan untuk memlilih dan bertindak.
5.      Kreativitas
   Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih 
   mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan 
   yang drastic dalam kondisi lingkungan
Sumber       : Schultz,Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan Model-Model 
                       Kepribadian Sehat.Yogyakarta:Kanisius


*  ABRAHAM MASLOW
Maslow mengembangkan gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hierarki kebutuhan. Dia menempatkan lima lapisan kebutuhan yang lebih luas, yaitu :


1.      Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia adalah kebutuhan fisiologi, termasuk di dalamnya adalah makanan, air, oksige, mempertahankan suhu yubuh, dan lain sebagainya. Kebutuhan psikologis adalah kebutuhan yang mempunyai kekuatan/pengaruh paling besar dari semua kebutuhan. Orang-orang yang terus-menerus merasa lapar akan termotivasi untuk makan-tidak termotivasi untuk mencari teman atau memperoleh harga diri. Mereka tidak melihat lebih jauh dari makanan, dan selama kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka motivasi utama mereka adalah untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya setidaknya dalam dua hal penting. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi atau bahkan selalu terpenuhi. Orang-orang bisa cukup makan sehingga makanan akan kehilangan kekuatannya untuk memotivasi. Bagi orang yang baru saja selesai makan dalam porso besar, pikiran tentang makanan bahkan dapat menyebabkan perasaan mual. Karakteristik berbeda yang kedua dari kebutuhan fisiologis adalah kemampuannya untuk muncl kembali. Setelah orang-orang selesai makan, mereka lama-kelamaan menjadi lapar lagi; mereka terus-menerus mengisi ulang pasokan makanan dan air; dan satu tarikan nafas harus dilanjutkan oleh tarikan nafas berikutnya. Akan tetapi, kebuthan-kebutuhan di level lainnya tidak muncul kembali secara terus-menerus. Contohnya, orang yang paling tidak telah memenuhi kebutuhan mereka akan cinta dan penghargaan akan tetap merasa percaya diri bahwa mereka dapat terus memenuhi kebutuhan mereka akan cinta dan harga diri.

2.      Kebutuhan Rasa Aman
Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan, yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisi, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuata-keuatan yang mengancam seperti perang, teorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam. Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan.

3.      Kebutuhan Cinta dan Rindu
Ketika kebutuhan fisioogis dan rasa aman sudah terpenuhi, kebutuhan lapisan ketiga pun muncul. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak, dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan lainnya. Dilihat secara negative, Anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini dapat berbentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari satu kelom[ok atau masyarakat.

4.      Kebutuhan Penghargaan
Setelah orang-orang memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan, mereka bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaaan, yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Maslow mengidentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan-reputasi dan harga diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri adalah perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri didasari oleh lebih dari sekedar reputasi maupun gengsi

5.      Kebutuhan akan Aktualis akatulisasi Diri
Ketika kebutuhan di level rendah terpenuhi, orang secara otomatis beranjak ke level berikutnya. Akan tetapi, setelah kebutuhan akan penghargaan terpenuhi, orang tidak selalu bergerak menuju level aktualisasi diri. Awalnya, Maslow berasumsi bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri muncul jika kebutuhan akan penghargaan telah terpenuhi. Orang-orang yang menjunjung nila-nilai seperti kejujuran, keindahan, keadilan, dan nilai-nilai lainnya akan mengaktualisasikan dirinya setelah kebutuhan akan penghargaannya terpenuhi, sementara orang-orang yang tidak memiliki nilai-nilai ini tidak akan mengaktualisasikan dirinya walaupun mereka telah memenuhi masing-masing dari kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin (Malow, 1970). Orang-orang yang telah mencapai level aktualisasi diri menjadi orang yang seutuhnya, memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang orang lain hanya lihat sekilas atau bahkan tidak pernah lihat sama sekali. Meraka sangat alami, sama seperti alaminya binatang dan bayi, yaitu mereka mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan mendasar mereka dan tidak membiarkan diri mereka mendapat tekanan dari kultur.
Sumber  : Feist Jess, Feist Gregory J.2010.Teori Kepribadian.Jakarta : Salemba  
                  Humanika

*  ERRICH FROMM
Fromm menyebut kepribadian yang sehat :
1.      Orientasi Produktif yakni suatu konsep yang serupa dengan kerpdibadian yang matang dari Allport dan orang yang mengaktualisasikan dirin dari Maslow. Dengan menggunakan kata “orientasi”, Fromm menunjukkan bahwa kata itu merupakan suatu sikap umum atau pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respon-respon intelektual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang benda-benda fan peristiwa di dunia dan juga terhadap diri. Menjadi “produktif” berarti orang menggunak seluruh tenaga dan potensinya. Kata produktif tersebut mungkin menyesatkan karena cenderung memikirkan pengertian itu yang harus mengahsilkan sesuatu seperti barang-barang material, karya seni dan lain-lain. Fromm mengartikan kata itu jauh lebih luas daripada ini. Akan tetapi ada salah satu pengertian dimana kepribadian sehat dan produktif benar-benar menghasilkan sesuatu dan merupakan hasil yang sangat penting yakni diri. Orang-orang yang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua potensi mereka dengan menjadi semua yang menurut kesanggupan mereka dengan memenuhi semua kapasitas mereka. Empat segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat menjelaskan apa yang dimaksud Fromm dengan orientasi produktif yaitu :
·       Cinta yang produktif
  Suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana 
  partner-partner dapat mempertahankan indiviualitas mereka
·       Pikiran yang produktif
  Meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektivitas
·       Kebahagiaan
  Suatu kondisi yang meningkatkan seluruh organism, mengahsilkan  
  penambahan gaya hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi-
  potensi seseorang.
·       Suara hati
     - Suara hati otoriter : Penguasa dari luar yang diinternalisasikan,
                                            yang memimpin tingkah laku orang itu
    - Suara hati humanis : Suara dari diri dan bukan dari suatu   
                                            perantara  dari luar

Sumber  : Schultz,Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan Model-Model 
                  Kepribadian Sehat.Yogyakarta:Kanisius