TULISAN 2
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan Interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
a . Model- Model Hubungan Interpersonal
a . Model- Model Hubungan Interpersonal
Model- model Hubungan Interpersonal sebagai berikut :
1. Model pertukaran sosial (social
exchange model).
Hubungan interpersonal
diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2. Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat
masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai
ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki
ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan
mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang
tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah
kemampuan memainkan peranan tertentu.
3. Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional.
Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam
bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3
bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan
asumsi dan perilaku yang
diterima
dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b) Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang
mengolah informasi secara rasional).
c) Kepribadian anak (kepribadian yang diambil
dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak
yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4. Model Interaksional (interacsional
model).
Model ini memandang
hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat
struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran,
peranan dan permainan.
b .
Cara Memulai Hubungan Interpersonal
Pembentukan kesan dan Ketertarikan
Interpersonal dalam memulai hubungan.
Adapun tahap-tahap dalam hubungan
interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan.
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut
Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh
kategori, yaitu:
a) informasi demografis.
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek).
c) rencana yang akan datang.
d) kepribadian.
e) perilaku pada masa lalu.
f) orang lain serta,
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan.
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu:
a) keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan
komunikator).
b) Kontrol
(kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan
siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c) respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan
sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu
memberikan feedback yang tepat).
d) nada
emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang
berlangsung).
3. Pemutusan Hubungan
Menurut
R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among
Humans,
setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan,
yaitu :
a.
Kompetisi, dimana salah
satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan
orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu
dengan merendahkan orang lain.
b.
Dominasi, dimana salah
satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang
tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c.
Kegagalan, dimana
masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d.
Provokasi, dimana salah
satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui
menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak
sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
c. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pendapat
beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a)
Shadily dan Echols (1990) mengartikan
intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan
kekeluargaan.
b)
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan
intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c)
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu
hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari
oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)
Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988)
merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang
bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman
dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum
yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti
berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan
filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan
untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal
tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e)
Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi
mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love,
passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di
dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di
dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan
berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak
merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah
hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan
yang harmonis dan langgeng.
d. Intimasi dan Pertumbuhan
d. Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk
berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta.
Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses
menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah
kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita
kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun
menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan setiap pasangan
adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap
berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat
ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan
dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa
terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) kita tidak mengenal
dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh;
(2) kita tidak menyadari
bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan;
(3) kita tidak percaya
pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang
rahasia;
(4) kita dibentuk menjadi
orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai pacaran bukan
dengan cinta yang tulus . Dalam hal inilah
keutamaan cinta dibutuhkan.
Sumber :
shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
Aronson ,Elliot .(2005).social
psychology
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). Teori - Teori Psikodinamika,
Yogyakarta:Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar